Ketika Awal Belajar Menulis

Karena tulisan sebelumnya yang berjudul “Karena Tulisan, Banyak Orang Sakit” sudah terlalu banyak, akhirnya harus saya hentikan seketika, khawatir akan menyebabkan semakin pusing bagi membacanya. Akhirnya uneg-uneg yang ada dipikiran pun saya tuliskan pada postingan lainnya.

Dalam menulis, saya melakukan beberapa hal supaya saya mudah untuk bisa menulis. Mengapa? Karena saya masih perlu banyak belajar dalam dunia tulis menulis ini. (Ini hanya sekedar catatan pribadi ya, tanpa maksud menabur garam ke lautan luas. Tak lain dan tak bukan adalah, agar saya bisa dengan mudah menemukannya di Kompasiana).

1. Catat Ide

Saat ide muncul kapanpun dan dimanapun, SEGERA saya mencatatnya. Mengapa? Karena ide merupakan pondasi awal saya untuk mulai menulis. Saya TIDAK SELALU mencatat ide dikertas atau buku.

Kadang saya catat di handphone, berupa sms yang saya simpan atau bahkan sms yang saya kirim ke nomor sendiriā€¦ hehe. Itu dulu saat handphone masih jadul, belum memiliki smartphone. Beda kalau sekarang sudah ber-smartphone ya pakai aplikasi note.

Saya khawatir, jika tidak saya catat akan hilang dengan sendirinya. Walaupun ide bisa datang dengan sendiri, atau ide juga bisa dicari. Seperti melihat keadaan sekitar, membaca atau “mendengarkan” akan dapat memunculkan ide-ide yang baru.

Oleh karena itu, handphone memang saya maknai dengan hand. Sekali lagi, benar-benar hand. Sehingga handphone lebih sering saya pegang. Bukan saku-phone, yang saya taruh didalam saku.

2. Ayo Menulis

Setelah mencatat ide, jikalau adalah waktu luang saya segerakan untuk menulis. Sekali lagi, itupun jika pikiran saya telah mendapatkan hidayah. wkwkwkw.

Mengapa segera menulis? Agar ide segar yang saya catat tadi tidak cepat layu. Tak lain dan tak bukan agar saya bisa segera memaparkan atau menuliskan “kelanjutan” ide tersebut.

Karena jika saya menunda-nunda menuliskan kelanjutan ide tersebut, sifat malas akan menghampiri. Sifat yang merupakan sifat asli saya. Sehingga ide hanya sebatas ide.

3. Tulis dengan Singkat

Saat awal menulis saya berfikir, tidak mungkin saya bisa menulis satu halaman penuh. Memang! “Menulis itu tidak harus satu halaman penuh. Sedapat mungkin, buatlah tulisan yang ringkas, padat dan jelas,” pesan teman saya. Ada istilah yang menyebutnya “KIS”. KIS = Keep It Simple! Begitu kira-kira jawaban dari para senior di Kompasiana.

Menulis tidak harus banyak paragraf. Menulis bisa 2 paragraf, 3 paragraf, 4 paragraf atau bahkan cukup 5 paragraf. Di media berita online, tulisan rata-rata 3 sampai 5 paragraf. Dan itu yang menjadi daya tarik tersendiri. “Kenapa? Karena enteng bacanya!” (Sarap kali ya.. tanya-tanya sendiri, dijawab sendiri).

Dan yang pasti, pembaca-pun akan merasa bosan apabila tulisan dibuat berpanjang-panjang ria tanpa ada maksud didalamnya. Hal tersebut bisa saya maklumi, karena manusia cenderung memiliki sifat malas. Bahkan ada pembaca yang hanya membaca judulnya saja! Setelah itu Ctrl+W atau Close Window atau Tab Window

4. Tambahkan Data Pendukung

Kalau perlu, saya lengkapi dengan data pendukung. Misal penyajian data dalam gambar atau uraikan dengan poin-point penting lainnya. Orang dapat lebih mudah membaca gambar daripada tulisan yang tidak jelas alurnya.

Agaknya tepat ungkapan “sebuah gambar lebih berharga dari ribuan kata-kata“. Wah perlu belajar fotografi sama Kampretos nih… Om, tolong ajari saya jepret gambar yang baik ya…

5. Edit Jika Selesai

Apabila saya sudah selesai menulis, langkah yang saya lakukan selanjutnya adalah mengedit (review) tulisan. Mulai dari judul sampai penutup. Saya baca berulang-ulang, apakah masih ada yang terlewat sehingga perlu ditambahkan. Atau kalau perlu dihilangkan!

Apakah masih ada bahasa yang kurang enak untuk dibaca? Apakah masih ada kesalahan ketik (istilah kerennya: typo)? Apa perlu ditambahkan kata-kata pemanis lagi?

Kalau memang masih perlu saya perjelas, saya tambahkan paragraf baru! Yang pada awalnya tulisan saya hanya 2 paragraf akan menjadi lebih dari 2 paragraf.

Seperti tulisan ini, awalnya hanya satu paragraf, yang terdiri dari point-point cara menulis. Akhirnya berkembang menjadi banyak paragraf. Seperti yang terlihat dan yang terbaca.

Kudus, 2014.12.15