Makna Sebuah Kata

Makna sebuah kata sangatlah ditunjang/dipengaruhi rangkaian kata-kata sebelum dan sesudahnya. Jadi harus dipahami secara utuh, bukan parsial atau setengah-setengah.

Itu jika dilihat dari rangkaian kata, belum lagi dilihat dari sudut pandang waktu maupun tempat. Jadi ingat unsur-unsur intrinsik prosa ada 7… Hehe… Belum lagi unsur-unsur ekstrinsik prosa, ada berapa ya…

Ingat, satu kata bisa memiliki banyak arti atau makna. Misalnya saja, kata “atos”, dalam bahasa Sunda berarti “sudah”, namun dalam bahasa Jawa berarti “keras”.

Contoh lain, dalam bahasa Jawa, “kenek” berarti “kena, menyentuh, menyenggol”, namun bagi bahasa Batak kenek memiliki arti “kondektur” alias asisten sopir.

Saya teringat cerita kawan saya, Jamil Azzaini.

Alkisah, seorang sopir bus yang berasal dari Batak punya kondektur baru orang Jawa. Suatu ketika, bus ini hendak parkir di terminal Blok M karena sang sopir lapar dan hendak makan siang. Kondektur baru orang Jawa ini memberi instruksi, “Mundur! Terus! Kanan dikit, terus, lurus, terus!”

Tiba-tiba terdengar suara keras. Brak! Rupanya bagian belakang bus menabrak tembok pembatas. Sang sopir langsung memaki, “Dasar, kenek tai!” Dari belakang bus sang kondektur menjawab, “Gak kenek tai kok, tapi kenek tembok.”

***

Kudus, 2018.07.09