Alhamdulillah, saya diperkenalkan Kompasiana beserta Kompasianernya. Meskipun sudah lama sebagai silent reader di Kompasiana, akhirnya tepat hari Jum’at tanggal 14 Maret 2014 saya pun memberanikan diri membuat akun untuk dapat menulis dan berkomentar di Kompasiana.
Perkenalan yang semula hanya say hello lewat tulisan, inbox message, dan sampai akhirnya mampu bersua secara nyata dengan mereka baik melalui sowan secara pribadi, acara nangkring maupun kompasianival.
Untuk dapat mengenal Kompasianer lebih dekat, awalnya hanya lewat tulisan yang di publish di Kompasiana. Lebih jauh, saya ingin berkenalan melalui karya Kompasianer yang telah dibukukan.
Peniti Media, salah satu penerbit yang menerbitkan karya Kompasianer menjadi buku, yang dimotori oleh pak Thamrin Sonata adalah salah satu gerbang saya untuk mengenal karya Kompasianer melalui buku.
Suatu ketika di malam hari, saya memberanikan diri untuk inbox pak TS (panggilan akrab untuk pak Thamrin Sonata) untuk memborong beberapa buku karangan teman-teman. Saya jelaskan, buku apa saja yang akan saya beli.
Karena tidak tahu judul-judulnya — yang penting karya Kompasianer — saya pun menunjukkan koleksi gambar sampul buku yang pernah di tampilkan di salah satu artikel pak TS.
Bak gayung bersambut, pak TS mengiyakan dan meminta klarifikasi alamat pengiriman. Tak berselang lama, akhirnya buku yang saya nanti-nantikan datang juga.
Saya tampilkan gambar di atas, bukan maksud saya pamer buku-buku yang saya miliki. Akan tetapi sebagai penyemangat saya, bahwa dengan ber-Kompasiana siapapun bisa menjadi penulis.
Beberapa buku sudah saya khatamkan, namun masih ada juga yang belum saya baca sama sekali. Ya meskipun plastik pembungkusnya sudah saya buka sejak pertama kali saya menerimanya.
Namun entah mengapa, saya merasa memiliki hutang, apabila sudah mengkhatamkan buku yang saya baca, jika belum menulis resensinya.
Sebenarnya, selain melalui karya buku, saya sering membaca semua tulisan yang telah diposting di Kompasiana sejak Kompasianer “bidikan saya” bergabung. Memang butuh waktu yang relatif lama untuk membacanya, karena banyak tulisan Kompasianer yang sudah ratusan bahkan ribuan. Tetapi hal itu rasanya sepadan dengan pemahaman dan wawasan saya yang kian bertambah.
Kekaguman saya kepada Kompasianer bahkan mampu memompa semangat saya untuk terus berkarya melalui tulisan. Meskipun belum bisa sebaik dan konsisten seperti Kompasianer lainnya.
Namun semoga saja, bergumul dengan mereka mampu membuat saya menjadi pribadi lebih baik. Semoga dengan berkumpul bersama penulis di Kompasiana, mampu mendorong saya untuk menjadi penulis juga. Amin..
Maka tepatlah ungkapan :
Tentang seseorang, jangan kamu tanya siapa dia. Tanyalah siapa temannya. Karena seseorang akan mengikuti tingkah polah temannya.
Kudus, 2014.12.29