Kompasiana Oh Kompasiana: Renungan Kompasiana Baru

Kompasiana akhirnya berbenah. Ya, itulah yang dikehendaki oleh Kompasianernya dan disambut Tim Kompasiana. Meskipun disana sini banyak K-er mengganggap Kompasiana versi baru masih ditemukan kekurangan. Namun, saya yakin Tim IT dari Kompasiana masih terus bekerja… bekerja… dan bekerja. Sekali lagi tetap bekerja keras untuk memperbaiki rumah bersama ini, Kompasiana, baik dari segi tampilan maupun fungsi.

Sebenarnya, Kompasiana tidak perlu tergesa-gesa dalam mengimplementasikaan Kompasiana versi yang baru. Sesuai dengan amanat undang-undang, eh… sori, amanat pengumuman yang disampaikan oleh Admin pada http://www.kompasiana.com/kompasiana/sambutlah-kompasiana-baru-2015-yang-lebih-segar-dan-bertenaga_555c5d78a623bdf4038b4567. “Setelah semua berjalan lancar, lambat-laun versi beta akan ditarik, dan tampilan lama tidak akan digunakan lagi.”

Optimis Kompasiana Baru

Saat pertama kali diperlihatkan Kompasiana versi yang baru yang beralamat di beta.kompasiana.com, saya optimis, bahwa nantinya saat perpindahan akan berjalan mulus. Dan tentu saja, sebelum diterapkan, Kompasianer bisa berjalan-jalan mengelilingi calon rumah di beta.kompasiana.com sebelum memang benar-benar diterapkan.

Namun entah kenapa sekarang kog sudah diterapkan, meskipun belum berjalan lancar semua. Karenanya setelah diterapkan banyak muncul keluh-kesah dari Kompasianer. Mulai dari gagalnya mereka mempublish di Kompasiana versi baru. Setelah berjuang cukup keras (ada yang sampai 4 hari, ada juga yang publish namun tidak tampil) baru bisa tampil tulisannya. Termasuk pengalaman saya pribadi.. hehe.

Agaknya memang Kompasiana saat ini berbenah total, sudah jauh berbeda baik dari segi tampilan maupun feature didalam. Dan inilah yang agaknya terlewat dari rancangan awal. Kompasiana lupa, bahwa versi terbaru diperuntukkan bagi Kompasianer. Sedangkan Kompasianer sudah terbiasa dengan tampilan Kompasiana yang lama, dengan fungsi-fungsi lama.

Kalau boleh saya simpulkan, harapan Kompasianer pada awalnya adalah agar Kompasiana mudah diakses (baik itu membaca, menulis maupun mengedit) tidak hanya bisa dinikmati di komputer maupun laptop, tetapi juga bisa diakses di tablet, maupun smartphone masing-masing. Harapan selanjutnya adalah, agar aksesnya bisa jauh lebih cepat (tidak lola=loading lama) sehingga memungkinkan bisa membaca tulisan rekan-rekan Kompasianer lainnya lebih banyak.

Lama dan Baru Dibandingkan

Kompasiana yang lama, seakan-akan lebih hidup. Hal ini ditandai dengan munculnya tulisan-tulisan terbaru pada kolom sebelah kiri. Sedangkan tulisan pilihan admin diletakkan sejajar disebelah kanannya. Sehingga pembaca bisa lebih mudah membedakan mana yang baru dan mana yang pilihan admin. Dan porsi petak tanahnya sama (dilihat dari panjang x lebar kapasitas tampilannya).

Tetapi, kompasiana yang versi baru ini, setiap kali saya buka, kesan pertama kali yang saya lihat adalah tulisannya masih sama. Karena memang pilihan admin ditampilkan di atas sendiri. Sedangkan untuk tulisan terbaru diberi jatah kecil sekali. Dan itupun harus menggeser ke bawah. Sehingga menimbulkan kesan bahwa Kompasiana kurang rame dengan tulisan terbaru dari Kompasianer. Mungkin sudah berubah dari UGC (User Generate Content) menjadi AGC (Admin Generate Content).

Secara psikologis, (ini dibenak saya pribadi lho), tata letak Kompasiana yang “sedap dipandang” adalah Kompasiana versi terdahulu. Mengapa? Karena dengan jelas setelah saya publish tulisan, maka tulisan saya akan segera terpampang di depan. Dan inilah yang saya inginkan (hehe… egoisnya muncul), kalau didepan potensi untuk keterbacaannya lebih besar daripada diletakkan dalam petak yang kecil seuprit dan itupun dibawah. Ya, meskipun jarang nulis dan begitu menulis, tulisan pun acakadul…

Saya setuju bahwa Kompasiana harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Namun jangan lupa, hendaknya juga mampu mengakomodir Kompasianer dari sisi psikologisnya. Yang semula terbiasa melihat tulisan terbaru disebelah kiri, sekarang harus melihat dengan menggeser layar ke tengah bawah. Pemaksaan secara halus… wkwkwkw… sori.. sori..

Kompasiana Baru, Tata Letak Kompasiana Lama

Mengapa tidak dikembangkan saja Kompasiana yang terbaru dengan mengacu tata letak Kompasiana yang lama. Tentunya harus dibenahi dari sisi kecepatan akses maupun responsifnya. Atau setidak-tidaknya Kompasiana berkaca pada ayah kandungnya sendiri, kompas.com untuk masalah tata letak tampilannya.

Saya pribadi berpendapat untuk tata letak di Kompas.com sudah sesuai (dan perkiraan saya, itu yang masih bertahan dan berhasil menggaet banyak pembaca). Atau mungkin barangkali kompas.com kedepannya akan mengacu Kompasiana masalah tata letak tampilan webnya?

Seandainya versi baru, untuk arsip tulisan dimasukkan yang sesuai kategori/kanal diletakkan disisi paling bawah. Dan bolehlah diberi jatah 5 atau 7 atau 9 tulisan sehingga kesempatan keterbacaannya bisa lebih lama. (Kalau yang versi lama hanya diberi jatah 3 tulisan).

Saya ikut mengamini pendapat bang Hilman Fajrian, bahwa Kompasiana akan kehilangan manfaat search engine optimization (SEO) karena struktur url-nya yang baru dan lama sudah jauh berbeda. Nasib-nasib… link tulisan favorit saya di Kompasiana, yang sudah saya kumpulkan satu persatu sejak dulu, harus diupdate lagi nih hanya karena pergantian url.

Dan agaknya pendapat bang Hanny Setiawan perlu diperhatikan juga. Tulisannya yang berjudul Kompasiana Baru, Kegagalan yang Tersukses. Bahwa “Model bisnis Kompasiana tidak hanya bertumpu kepada konten para jurnalis warga, tapi pada komunitas offline yang sudah terbentuk. Komunitas ini yang tidak dimiliki oleh para kompetitor yang lain, jadi untuk sementara K tetap aman walaupun sistem dan aplikasinya amburadil. Tapi untuk berapa lama?”

Perlukah Kompasiana Waspada?

Semoga saja kekhawatiran saya tidak terjadi. Jika kondisi Kompasiana masih seperti sekarang ini berlangsung relatif lama, (sekali lagi, ini hanya kekhawatiran pribadi) pelan tapi pasti penulis lama akan mundur teratur. Mungkin saja, sudah ada penulis yang melirik ke tetangga sebelah, atau justru ditawari untuk singgah dulu di rumah sebelah. Lantas bagaimana kalau penulis baru dan amatiran seperti saya yang sedang semangat-semangatnya untuk belajar menulis.

Sebaiknya memang jika Kompasiana yang baru benar-benar belum siap, lebih baik kompasiana di kembalikan ke yang lama dulu sembari menunggu kesiapan Kompasiana yang baru yang benar-benar tangguh. Meskipun itu di beta.kompasiana.com.

Kudus, 2015.06.14