Debat Kedua: Jokowi Think Global, Local Action

Debat Capres yang dilaksanakan kemarin Minggu (15/06/2014) di Hotel Grand Melia, Jakarta, banyak yang mengatakan lebih baik daripada Debat Perdana (09/06/2014). Kalau menurut saya pribadi sich, semua ada plus minus nya.

Debat yang kali ini di moderatori oleh Ahmad Erani Yustika, dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang dan juga Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economics and Finance).

Meskipun di awal-awal sesi para debater terlihat begitu kaku, namun perlahan tapi pasti suasana panggung dapat dikendalikan oleh keduanya. Pakaian yang dipakai pun masih sama dengan Debat Perdana. Jokowi memakai jas hitam, Prabowo memakai baju putih.

Strategi Singkatan

Dalam debat kedua ini, Jokowi banyak menggunakan singkatan-singkatan dalam sesi pertanyaan yang ditujukan kepada Prabowo.

Misalnya saja saat Jokowi meminta pandangan Prabowo tentang DAK dan DAU. Diluar dugaan, ternyata Prabowo mengetahui kepanjangan DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DAU (Dana Alokasi Umum), hal itu bisa dilihat saat Prabowo menjawab dengan menjelaskan kepanjangan masing-masing singkatan.

Kemudian disesi berikutnya, Jokowi menanyakan kepada Prabowo bagaimana cara untuk meningkatkan TPID. Dan ternyata Strategi Singkatan ini berhasil.

Hal ini ditandai dengan Prabowo mengajukan pertanyaan balik ke Jokowi tentang TPID (Tim pengendalian Inflasi Daerah). Mungkin Jokowi ingin mengetahui seberapa luas pemahaman Prabowo tentang istilah-istilah yang ada di pemerintahan.

Usai debat disela-sela press conference, Jokowi menambahkan bahwa istilah-istilah itu penting dan harus dikuasai oleh capres. Karena siapa pun nanti presiden yang terpilih, ia yang akan memegang pemerintahan.

Pembangunan Infrastruktur

Penjelasan Jokowi mengenai pembangunan infrastruktur pun lebih detail. Ia menjelaskan tentang Tol laut, Peningkatan fungsi dan jalur kereta api. Sehingga nantinya akan ada Tol Laut / Kereta Api dari Sabang sampai Merauke.

Tidak hanya itu, ia pun menjelaskan perlu adanya double track sehingga distribusi logistik akan merata dan tidak ada ketimpangan harga.

Ekonomi Kreatif Go Internasional

Pertanyaan yang dilontarkan Jokowi dalam penajaman visi adalah “Bagaimana pandangan bapak mengenai ekonomi kreatif?, karena ini banyak sekali mengurangi pengangguran.”

Jawaban yang diberikan Prabowo ternyata kurang tajam menurut Jokowi, sehingga ia (Jokowi) menambahkan penjelasan. Bahwa sebagian besar pemuda di Indonesia (yang berusia 20 s/d 30 tahun) berkecimpung dalam ekonomi kreatif.

Dengan manajemen yang benar dan dorongan dari pemerintah, maka kreativitas pemuda bisa dijual dan terjual di ranah internasional. Sehingga pengangguran akan berkurang.

Mendengar tambahan penjelasan dari Jokowi, Prabowo pun sependapat dengan Jokowi. “Saya akan mengikuti saran Jokowi karena itu saran yang bagus. Ide yang bagus.” (Kemudian mengajak Jokowi bersalaman, dilanjutkan dengan berpelukan).

Pendidikan dan Kesehatan

Dalam bidang pendidikan, Jokowi memberikan porsi yang berbeda-beda antara Pendidikan Akhlaq dan Pendidikan Nalar. Pendidikan tingkat dasar (SD), pendidikan akhlaq sekitar 80% dan pendidikan nalar sekitar 20%.

Untuk pendidikan menengah pertama (SLTP), Jokowi memberikan porsi pendidikan akhlaq 60% dan pendidikan nalar 40%. Seiring bertambahnya usia dan kematangan berfikir, maka pada pendidikan menengah atas (SLTA), diberikan porsi pendidikan akhlaq sebanyak 20% dan pendidikan nalar 80%.

Porsi tersebut bagi seorang akademisi, cukup bisa membuat kepala manggut-manggut. Karena secara tidak langsung anak didik diberikan pondasi akhlaq yang kuat sebelum diberikan materi penalaran.

Karena mendidik akhlaq lebih sulit daripada mendidik tentang penalaran. Tak berlebihan kiranya karena ada adagium yang kurang lebih bernada,

“Butuh waktu 30 tahun mengajarkan anak dapat antri, tapi cukup 3 hari mengajarkan matematika”

Dalam bidang kesehatan, khususnya pengendalian jumlah penduduk dan menekan angka kematian ibu dan bayi. Jokowi menanggapinya dengan melihat dan meninjau kembali mengenai kampanye KB yang dilakukan oleh BKKBN.

Harus mampu membuat masyarakat sadar bahwa memiliki dua anak itu cukup dengan kampanye keluarga berencana. Bahkan, menjawab pertanyaan sambil mempromosikan nomor urutnya. Jokowi pun mengulangi, mengunglangi dan mengulanginya lagi.

“Dua” anak cukup.

Tentunya masih ada yang lain yang perlu di ulas dalam debat kemarin. Namun sementara ya dicukupkan terlebih dahulu.

***

Q: “Mas.. kenapa yang di ulas kog kang Jokowi saja, kang Prabowo nya mana?”

A: “Oke-oke! biar bersikap netral sampai nanti tanggal 9 Juli sebelum melakukan pencoblosan, ulasan kang Prabowo pada debat kemarin akan disajikan pada artikel berikutnya.”

***

Kudus, 2014.06.17