Jangan pernah mengeluh pada pekerjaan yang kamu jalani!
Begitu pesan yang saya sampaikan kepada salah satu mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Saya mengerti bagaimana perasaan mereka yang bekerja sambil kuliah.
Jika saya flashback ke belakang, bagaimana kondisi yang mereka alami hampir sama dengan apa yang saya lakukan dan alami tempo dulu saat saya masih menjabat status sebagai mahasiswa.
Ya, sama-sama bekerja paruh waktu. Untuk mengisi waktu luang dan tentu saja untuk mencari recehan rupiah sebagai tambahan untuk sekedar membeli permen.
Mengeluh dalam bekerja boleh dan sah-sah saja. Namun, jika setiap kali bekerja dengan diiringi keluhan (baik yang sudah keluar ataupun belum keluar dari mulut), agaknya perlu dipertanyakan sekali lagi niat dan tujuan awal dalam bekerja.
Seperti yang telah diceritakan oleh teman saya. Hasan, teman seperjuangan dari Kota Magelang. Ia berpesan dengan sebuah wejangan kepada diriku yang memang saat itu aku adalah pekerja yang paling muda sendiri diantara kawan-kawanku.
Bahkan sampai saat ini masih membekas dengan jelas didalam pikiranku. Jelas tidak hanya isi pesannya, tetapi juga jelas akan tempat, suasana yang ada saat itu.
Wong kerjo pancen abot. Ning, luweh abot yen ora kerjo.
Yang maksudnya kurang lebih, kerja memang berat, tetapi lebih berat jika tidak bekerja. Langsung saja saya tambahi, apalagi sudah berkeluarga. Beban yang ditanggung lebih berat jika tidak bekerja.
Apabila pekerjaan yang dijalani terasa sudah tidak nyaman, atau mungkin beban kerja yang tidak sebanding dengan gaji yang diterima sehingga dalam diri selalu muncul keinginan untuk keluar.
Maka seyogyanya, tidak perlu banyak mengeluh, tidak perlu banyak bicara. Langsung saja cari pandangan kerja yang lain. Jika hanya bicara dan mengeluh saja setiap kali bekerja, tidak akan banyak mengubah keadaan.
Karena jika hanya diucapkan saja, tanpa diikuti tindakan yang nyata untuk merubah keadaan justru akan semakin menjadi beban diri sendiri.
Alhamdulillah, saya dulu sewaktu masih kuliah, saya memiliki rekan kerja yang pengertian sama saya. Jadi, mereka tidak ada masalah saat saya tinggal untuk berangkat kuliah.
Meskipun begitu, saya tetap bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang diamanatkan kepada saya. Pekerjaan hari itu, harus selesai saat itu juga.
Bahkan tidur di kantor pun sering dijalani demi menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Kerja tidak akan terasa berat, jikalau dilakukan dengan sepenuh hati. Dan, dapat menjalaninya dengan nyaman bersama rekan-rekan. Jadikan rekan kerja adalah keluarga kita.
Mengapa? Karena sebagian besar waktu yang kita habiskan adalah bersama rekan kerja.
Tidak percaya? Coba saja dihitung.
Waktu kerja adalah 8 jam (mulai pukul 08.00 s/d 16.00), sedangkan waktu bertemu dengan keluarga adalah 5 jam (mulai pukul 16.00 s/d 21.00). Lebih dari pukul 21.00 biasanya digunakan untuk beristirahat.
Lha, bangun tidur sampai menjelang berangkat kerja kog tidak dihitung? Tidak perlu dihitung, biasanya waktu-waktu seperti itu digunakan untuk persiapan berangkat kerja.
Maka sudah selayaknya, rekan kerja kita perlakukan selayaknya keluarga sendiri. Jadikan suasana kerja sesantai dan se-nyaman mungkin. Apabila sudah tidak memungkinkan lagi, maka sekali lagi, perlu ditanyakan pada diri sendiri niat awal kita bekerja.
Perlu dingat bagaimana keadaan kita sebelum mendapatkan pekerjaan ini dan bagaimana perjuangan kita dulu agar dapat pekerjaan ini.
Jangan menyerah mahasiswa, sekaligus temanku. Jadikan apa yang engkau alami saat ini sebagai tempaan hidup, biarkan lingkungan yang akan memoles dan membentuk diri dan watakmu. Sehingga mampu menjadikan dirimu manusia yang tangguh dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
Kudus, 2015.03.11