Kak, Boleh Nitip untuk Temenku

“Kak, boleh nitip untuk temenku?” Tanya Sofyan. Bocah kecil yang sekarang duduk dikelas 3 SD.

“Nitip apa, Dik? Kasihkan sendiri kan bisa!” Timpa jawabku ala kadarnya sembari aku masih asyik scroll medsos lewat smartphone high end yang aku genggam ditangan kananku. Toh hanya pertanyaan iseng dari seorang bocah, pikirku.

“Uangku masih kurang Kak, kalau untuk ngasih sebanyak 13 temen,” jelasnya sembari pasang muka melas.

Makdeg perasaanku, “Lho, nitip untuk apa, Dik?” Seketika, bocil ini telah berhasil merebut perhatianku.

Sepuluh kata ajaib bocil ini mampu menghentikan hembusan angin yang bertiup disekitarku.
“Aku mau ikut santunan buat temen-temenku yg yatim Kak, cuma aku punya 10rb. Itupun hasil aku “ngirit” uang jajan yg diberi ayah ibu sejak aku denger informasi santunan yang disiarkan di Masjid sebelum Jumatan kemarin. Katanya tanpa batasan nominal”

Hmm.. komplit dan runut bener apa yg disampaikan bocil ini.. sepertinya dia langganan dan sudah terbiasa membaca naskah teks proklamasi ketika upacara tiap hari Senin. Tidak boleh ada satu suku katapun yang keliru.

Atau jangan2 bukan bocil ini yg ngomong, iih… Merinding aku tu jadinya.

“Ya udah, sini Dik aku terima.” Sambil aku melihat desiran tatapan mata yang masih lugu. Sama seperti lugunya diriku saat ini.

Semoga amalmu diganjar Gusti Robbi, dengan balasan yang berlipat ganda.

Doaku untuknya, sambil menangis sesegukan aku didalam hati.

“Duh Gusti, kenapa aku bisa kalah dengan bocil niki Gusti… Gusti…”

***

Kudus, 2021.05.07